Diambil dari pengalaman seorang PR yang bernama Cindy Nida Gunanda
Istilah public relations di Indonesia sekarang ini sudah semakin
dikenal. Berbeda misalnya pada masa tahun 70-an, bahkan pada era 80-an
pun masih banyak masyarakat kita yang belum mengenal istilah public
relations. Pada waktu itu banyak orang termasuk golongan terpelajar yang
masih bertanya-tanya dan meragukan fungsi dan kegunaan PR. Namun kini,
tepatnya mulai era 90-an, jurusan PR banyak dilirik dan diminati oleh
mahasiswa.
Sebagai ilmu pengetahuan, PR dapat dikatakan masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan dari berbagai ilmu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.
Lewat tulisan ini, saya sedikit berbagi mengenai salah satu materi kuliah tentang ilmu public relations yang telah didapat pada semester lalu. Banyak pengalaman menarik yang membuat mahasiswa jatuh cinta dan menikmati belajar ilmu tersebut dalam praktiknya.
Pertama kali belajar PR saya beranggapan bahwa ilmu ini memang mengasyikkan dan sangat bervariasi. Karena tidak hanya mempelajari hubungan antarmanusia, dalam hal ini adalah dengan rekan kerja maupun atasan, melainkan juga tentang tata cara beretika dalam dunia kerja dan pergaulan, tata cara berpenampilan, berkomunikasi, berbicara di depan umum, bersikap, berperilaku, berdisiplin, menghargai waktu, bernegosiasi, memecahkan masalah, menulis yang berhubungan dengan ilmu jurnalistik, berhubungan dengan media atau jurnalis, belajar tentang berbagai macam media publikasi, belajar bagaimana cara membangun sebuah reputasi dan image positif.
PR Bagi Diri Sendiri
Dari pemahaman tentang PR, timbul pertanyaan dari benak salah satu, teman yaitu Danny Widiantoro, Office Management-04 LP3i Sidoarjo yang bertanya, "Apakah setiap orang bisa menjadi PR?" Jawabnya, tentu saja bisa.
Setiap orang tanpa disadari telah menjadi PR bagi dirinya sendiri, dalam artian bagaimana kita bisa menjaga sikap dan tingkah laku di lingkungan sekitar, menghormati orang lain, menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga.
Selain itu juga, bagaimana kita bisa mengatur waktu beraktivitas bagi diri sendiri, bernegosiasi dengan seseorang. Misalnya yang paling mudah adalah negosiasi kenaikan uang saku kuliah dengan orang tua, membantu teman mencarikan solusi terbaik untuk masalahnya, dan masih banyak lagi yang lain. Sehingga orang melihat kita merupakan sosok pribadi yang baik dan menyenangkan.
Belajar Menulis dan Berkomunikasi
Pada sesi belajar menulis (PR writing) dan berkomunikasi ini, dapat dikatakan merupakan sebuah tahapan yang "memaksa" atau mengajak saya untuk dapat berpikir cepat, membuat ide dan gagasan kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan yang berstruktur. Tidak mudah memang, apalagi untuk seseorang yang baru belajar menulis. Tapi dengan usaha, belajar dan motivasi yang kuat karena ingin bisa menulis dengan baik, akhirnya juga bisa meskipun tulisan atau artikel yang telah dibuat masih perlu disempurnakan.
Tidak berhenti sampai belajar menulis, melainkan juga berkomunikasi. Padahal setiap hari kita juga melakukan aktivitas berkomunikasi dengan teman dan siapa saja yang ada di sekitar kita. Ketika belajar ilmu PR, kita pun juga diajarkan cara berkomunikasi. Tidak lain adalah komunikasi agar publik internal maupun eksternal dapat percaya, mengerti, memahami tentang informasi yang kita sampaikan. Ternyata tidak mudah membuat orang mau mengerti apa yang kita mau. Belum lagi mengatasi rasa tegang dan gemetar saat berbicara di depan orang banyak dan kita sebagai pusat perhatiaannya.
Dalam praktik berkomunikasi ini, selain ditugaskan untuk dapat merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang dapat diungkapkan dengan baik dan menarik di depan rekan mahasiswa, dengan tema yang telah ditentukan, yaitu langsung bagaimana mencari sebuah solusi yang terbaik tentang berbagai permasahan yang telah didapat. Dengan kata lain belajar public speaking dan problem solving.
"Menyenangkan, kita bisa berkreasi dengan tulisan yang disusun menjadi artikel, foto-foto serta keterangan foto, tata letak agar newsletter ini menarik bagi pembaca," ujar Rizka Primadesi, mahasiswi Office Management-04 LP3i Sidoarjo.
Selain itu, untuk praktik berbicara di depan umum juga memanfaatkan sarana yang ada di kampus, yaitu radio kampus. Di sini mahasiswa merasa sangat tertantang meskipun sekedar rekaman. Menjadi seseorang yang dapat mengajak pendengarnya nimbrung berbicara, seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan kita adalah suatu hal yang tidak mudah tapi benar-benar mengasyikkan. Di sini jugalah kita dapat berkreasi dalam menjabarkan ide, improvisasi, menyusun kata, dan berfikir cepat.
Menyusun Media Internal
Belajar ilmu PR tidak ubahnya belajar seni. Seperti pengertian yang diungkapkan oleh Howard Bonham bahwa PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/badan.
Sebagai ilmu pengetahuan, PR dapat dikatakan masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan dari berbagai ilmu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.
Lewat tulisan ini, saya sedikit berbagi mengenai salah satu materi kuliah tentang ilmu public relations yang telah didapat pada semester lalu. Banyak pengalaman menarik yang membuat mahasiswa jatuh cinta dan menikmati belajar ilmu tersebut dalam praktiknya.
Pertama kali belajar PR saya beranggapan bahwa ilmu ini memang mengasyikkan dan sangat bervariasi. Karena tidak hanya mempelajari hubungan antarmanusia, dalam hal ini adalah dengan rekan kerja maupun atasan, melainkan juga tentang tata cara beretika dalam dunia kerja dan pergaulan, tata cara berpenampilan, berkomunikasi, berbicara di depan umum, bersikap, berperilaku, berdisiplin, menghargai waktu, bernegosiasi, memecahkan masalah, menulis yang berhubungan dengan ilmu jurnalistik, berhubungan dengan media atau jurnalis, belajar tentang berbagai macam media publikasi, belajar bagaimana cara membangun sebuah reputasi dan image positif.
PR Bagi Diri Sendiri
Dari pemahaman tentang PR, timbul pertanyaan dari benak salah satu, teman yaitu Danny Widiantoro, Office Management-04 LP3i Sidoarjo yang bertanya, "Apakah setiap orang bisa menjadi PR?" Jawabnya, tentu saja bisa.
Setiap orang tanpa disadari telah menjadi PR bagi dirinya sendiri, dalam artian bagaimana kita bisa menjaga sikap dan tingkah laku di lingkungan sekitar, menghormati orang lain, menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga.
Selain itu juga, bagaimana kita bisa mengatur waktu beraktivitas bagi diri sendiri, bernegosiasi dengan seseorang. Misalnya yang paling mudah adalah negosiasi kenaikan uang saku kuliah dengan orang tua, membantu teman mencarikan solusi terbaik untuk masalahnya, dan masih banyak lagi yang lain. Sehingga orang melihat kita merupakan sosok pribadi yang baik dan menyenangkan.
Belajar Menulis dan Berkomunikasi
Pada sesi belajar menulis (PR writing) dan berkomunikasi ini, dapat dikatakan merupakan sebuah tahapan yang "memaksa" atau mengajak saya untuk dapat berpikir cepat, membuat ide dan gagasan kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan yang berstruktur. Tidak mudah memang, apalagi untuk seseorang yang baru belajar menulis. Tapi dengan usaha, belajar dan motivasi yang kuat karena ingin bisa menulis dengan baik, akhirnya juga bisa meskipun tulisan atau artikel yang telah dibuat masih perlu disempurnakan.
Tidak berhenti sampai belajar menulis, melainkan juga berkomunikasi. Padahal setiap hari kita juga melakukan aktivitas berkomunikasi dengan teman dan siapa saja yang ada di sekitar kita. Ketika belajar ilmu PR, kita pun juga diajarkan cara berkomunikasi. Tidak lain adalah komunikasi agar publik internal maupun eksternal dapat percaya, mengerti, memahami tentang informasi yang kita sampaikan. Ternyata tidak mudah membuat orang mau mengerti apa yang kita mau. Belum lagi mengatasi rasa tegang dan gemetar saat berbicara di depan orang banyak dan kita sebagai pusat perhatiaannya.
Dalam praktik berkomunikasi ini, selain ditugaskan untuk dapat merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi kalimat, dan merangkai kalimat menjadi sebuah paragraf yang dapat diungkapkan dengan baik dan menarik di depan rekan mahasiswa, dengan tema yang telah ditentukan, yaitu langsung bagaimana mencari sebuah solusi yang terbaik tentang berbagai permasahan yang telah didapat. Dengan kata lain belajar public speaking dan problem solving.
"Menyenangkan, kita bisa berkreasi dengan tulisan yang disusun menjadi artikel, foto-foto serta keterangan foto, tata letak agar newsletter ini menarik bagi pembaca," ujar Rizka Primadesi, mahasiswi Office Management-04 LP3i Sidoarjo.
Selain itu, untuk praktik berbicara di depan umum juga memanfaatkan sarana yang ada di kampus, yaitu radio kampus. Di sini mahasiswa merasa sangat tertantang meskipun sekedar rekaman. Menjadi seseorang yang dapat mengajak pendengarnya nimbrung berbicara, seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan kita adalah suatu hal yang tidak mudah tapi benar-benar mengasyikkan. Di sini jugalah kita dapat berkreasi dalam menjabarkan ide, improvisasi, menyusun kata, dan berfikir cepat.
Menyusun Media Internal
Belajar ilmu PR tidak ubahnya belajar seni. Seperti pengertian yang diungkapkan oleh Howard Bonham bahwa PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik secara lebih baik, sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi/badan.
Enni S D1610031
Tidak ada komentar:
Posting Komentar