Kamis, 20 September 2012

Pengembangan Kota Budaya di Indonesia



Di Indonesia, pengembangan kota budaya belum banyak dilakukan maksimal. Artinya masih banyak potensi warisan budaya yang bisa dikembangkan.

Patung penari tarian khas Betawi di pajang di salah satu stand saat pameran perayaan ulang tahun Jakarta di Kawasan Rawa Belong, Jakarta. (Sopian/Fotokita.net)

Setiap  kota di dunia adalah kota budaya. Oleh karena itu setiap kota wajib melestarikan roh kebudayaan. Hal ini disampaikan oleh Wamendikbud RI bidang kebudayaan, Wiendu Nuryanti, saat menghadiri The Fourth Meeting of The ASEM Culture Minister bertemaManaging Heritage Cities for a Sustainable Future di Daerah Istimewa Yogyakarta, 16-20 September 2012.

Wiendu mengatakan, latar belakang dari pertemuan tersebut karena tekanan terhadap warisan budaya yang dimiliki kota-kota di Asia dan Eropa. “Perlu dipikirkan strategi perlindungan terhadap roh budaya yang dimiliki masing-masing kota. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggandeng para seniman,” kata Wiendu, Senin (17/9).

Banyak negara maju menggunakan kota tua sebagai gerakan revitalisasi kota budaya. Kota Bilbao di Spanyol misalnya, memanfaatkan museum seni menjadi kota hidup yang menarik wisatawan. Hal ini bisa dilakukan seluruh kota di dunia dengan melihat potensi warisan budaya masing-masing.

Di Indonesia, pengembangan kota budaya belum banyak dilakukan maksimal. Artinya masih banyak potensi warisan budaya yang bisa dikembangkan lagi seperti kawasan di Bali. Untuk itulah, pemerintah menjalin kerjasama dengan empat negara, yakni Estonia, India, China, dan Bangladesh.

Dengan Estonia dilakukan kerjasama pertukaran seniman untuk memperindah kota, India dengan mengirimkan patung, serta China lewat kerjasama membangun kembali kota budaya pasca bencana.

Menteri Kebudayaan Estonia Rein Lang menambahkan, kendala dalam melestarikan kota budaya adalah persoalan urbanisasi dan industrialiasi. Hal ini menyebabkan banyak kebudayaan lama tergeser. Untuk itulah, pemerintah perlu menjaga dan melindungi serius cagar-cagar budaya mereka.

Direktur Asia-Erope Foundation Sabina Santarossa mengatakan, pertemuan ini juga akan mengajak masyarakat dan swasta untuk menyelamatkan dan memberdayakan warisan budaya baik yang berwujud maupun tidak. Sebab, selama ini keterlibatan keduanya belum maksimal.

"Dengan forum ini, kami akan bertukar wawasan mengenai pengelolaan heritage di berbagai negara di Asia-Eropa," katanya.

Forum ini akan menjadi sumbangan penting bagi negara-negara Asia Eropa agar dapat menjaga dan menjadikan warisan budaya untuk kepentingan bersama. Warisan budaya, tegas Sabrina, adalah kebutuhan bagi warga negara, ekonomi, komunitas lokal, serta lingkungan.

Pertemuan para delegasi menteri kebudayaan ini akan diisi dengan serangkaian lokakarya yang membahas soal penguatan kelembagaan pemerintah, antisipasi tantangan dan bencana terhadap wilayah-wilayah bersejarah, kota bersejarah sebagai pendorong ekonomi kreatif, serta kesepakatan antarkebudayaan guna mempromosikan kota bersejarah.

Pertemuan ini diharapkan menghasilkan keputusan dan panduan tingkat dunia sehingga warisan budaya bisa menyejahterakan masyarakat kota setempat.



Kelompok 6 :
Putri Lanjaringtyas Rahmawati   D1610063
Rachmadhani                          D1610065
Seza Putri                               D1610071



Tidak ada komentar:

Posting Komentar